Sabtu, 30 nop 2019. 3 robiul ahir 1441 H.

Imam jadi dasar persatuan

Umat ​​Islam mengetahui bahwa itu adalah ajaran yang bersumber dari al Qur’an dan hadits nabi. Oleh karena itu, terasa terasa berat, harus dijalankan. Al Qur’an memberikan pesan itu, tidak boleh di antara kaum muslimin bercerai berai. Di antara mereka bersaudara. Selain itu, dinyatakan pula di dalam hadits nabi itu, di antara kaum muslimin adalah bagaikan satu bangunan, maka bagian-bagiannya saling memperkuat.

Atas dasar pesan al Qur’an dan hadits yang disetujui, maka persatuan tidak perlu disetujui, diminta juga dicintai. Mencintai persatuan yang dilihat sama dengan menerima al Qur’an dan hadits nabi. Manakala al Qur’an tidak boleh diabaikan, maka itu juga tidak boleh diabaikan pesan Al Qur’amn itu sendiri. Maka, selalu membangun dan mempertahankan persatuan di antara kaum muslimin adalah tanggung jawab yang harus ditunaikan.

Persatuan sebagai sesuatu yang harus dicintai, maka dikeluarkan juga diperjuangkan. Berjuang harus selalu diikuti dengan pengorbanan. Tidak pernah ada perjuangan tanpa pengorbanan. Tatkala persatuan harus mempertimbangkan sesuatu yang dicintai, maka untuk mewujudkannya, harus dilakukan dengan perjuangan dan pengorbanan. Atas dasar pandangan, persatuan adalah bagian penting dari ajaran Islam yang harus dicintai itu, maka harus diperjuangkan hingga benar-benar terwujud.

Banyak orang sanggup berjuang menegakkan shalat, zakat, puasa, haji dan lain-lain, akan tetapi tatkala harus berjuang agar umat bersatu maka, tidak mudah menjalankannnya. Umat ​​Islam di mana-mana terpecah belah dalam berbagai aliran, golongan, organisasi, dan madzhab. Perbedaan itu juga selalu dijadikan alasan untuk tidak bersatu. Berbeda sebenarnya tidak berfikir, asalkan perbedaan tidak saling percaya kenal dan masih bersatu. Tatkala berbeda, maka mereka saling berhubungan.

Sebagai bukti bahwa pengajaran tentang persatuan itu sangat sulit dilakukan, umat Islam di berbagai belahan dunia masih terlibat perpecahan akibat mereka menjadi lemah, baik di bidang pengembangan ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, sosial, dan lain-lain. Mula-mula yang dilakukan oleh Nabi Muhammad yang dilakukan nyampai di Madinah dalam berhijrah adalah membangun persatuan. Kaum Muhajirin dan kaum Anshar dipersiapkan oleh utusan Allah terakhir itu.

Demikian pula di Indonesia, umat Islam belum berhasil mengimplementasikan ajaran tentang persatuan. Organisasi, aliran, dan kelompok-kelopok umat Islam tidak memiliki batasan atau kesulitan dalam membangun sillaturrakhiem sebagai landasan dasar persatuan. Semangat berpecah belah bertentangan dengan ajaran atau doktrin Islam yang saling membutuhkan dan memperkukuh, hingga bagaikan bangunan yang satu. Kepentingan kelompok, aliran, dan organisasi lebih dikedepankan dibandingkan kepentingan ukhuwah Islamiyah yang dibutuhkan dijaga atau dipahami bersama.

Ternyata lebih aneh, lebih disukai organisasi politik umat Islam daripada Partai Persatuan, juga gagal bersatu. Beberapa bulan terakhir ini, partai politik yang membawa misi Islam dan oleh karena itu seluruh pimpinan dan anggotanya adalah umat Islam, terlibat perpecahan yang lebih mudah. Antar pengurus partai saling memecat, dan bahkan juga di antara kelompok di partai politik yang akan menyelenggarakan muktamar sendiri-sendiri.

Jika demikian yang terjadi, maka persatuan memang sulit diwujudkan. Persatuan belum dianggap penting dan diperjuangkan, padahal itu merupakan kunci kemajuan, kemenangan, dan kemuliaan. Terasa aneh, perpecahan umat menganggap hal biasa dan dianggap tidak menyimpang dari ajaran Islam. Tidak terkecuali partai politik bernama Partai Persatuan dan menggunakan lambang Ka’bah, tetapi masih belum mampu bersatu. Ayat al-Qur’an tentang umat Islam bersatu, seolah-olah boleh diabaikan dan dilupakan. Wallahu a’lam.

Diterbitkan oleh Ustadz Yachya Yusliha

Hidup harus lebih baik

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai