Bekerja jujur dan sehat

Berpikir dan Bertindak Sederhana untuk Membangun Masyarakat yang Sehat

اَلحمد للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.

اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Khotbah kali ini merupakan keterangan panjang dari satu hadits yang sangat pendek sekali, tentang anjuran meninggalkan segala centang preneng yang tidak penting. Menghindarkan diri dari segala macam hal yang bersifat skunder dan mementingkan yang primer. Inilah yang oleh Ibn Rajab dinilai sebagai akar dari hadits pendidikan. Yaitu hadits yang berupa ajaran dasar yang harus difahami dan diamalkan oleh seorang muslim. Hadits pendek itu berbunyi:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه ) حديث حسن رواه الترمذي وغيره

Salah satu tanda kesempunaan islamnya seseb orang adalah meninggalkan segala yang dinilai tidak perlu.

Hadits yang tergolong pendek ini memuat beberapa hikmah yang sangat luas. Dalam kitab al-Wafi fi Syarahil Arbain an-Nawawi, Musthafa al-Bugha menjelaskan bahwa sebagian ulama mengatakan inilah hadits yang muatan isinya setengah dari ajaran agama. Karena agama sejatinya berisikan tentang laku yang berasal dari perintah dan tinggal yang berasal dari larangan. Sedangkan hadits ini merupakan sumber dari pemahaman segala larangan. Larangan berbuat sesuatu yang tidak penting, baik tidak penting dari tinjauan dunyawi maupun ukhrawi.

Ma’asyiral Muslimin Rahimkumullah

Marilah kita refleksikan hadits ini dalam kehidupan masing-masing diri kita. Benarkah selama ini kita telah mengamalkannya, dengan meninggalkan segala yang terasa tidak perlu? Ataukah malah sebaliknya mementingkan segala yang tidak penting? Berapakah HP yang kita miliki, apakah kecanggihan dan harga mahal itu seseuai dengan kebutuhan kita? Benarkan kita membeli HP karena terjadi kerusakan ataukah karena gengsi dan mengikuti arus trend pasar? Berapakah motor yang kita punya? Benarkah anak kita yang berada di SMP benar-benar memerlukan motor? Ataukah itu sekedar menuruti gengsi saja? Berpakah baju koko yang kita punya dan seberapa rajin kita shalat? dan seterusnya. deretan ini masih bisa diperpanjang hingga tak terhingga. Dan semoga kita segera bersadar bahwa apa yang kita lakukan jauh dari aplikasi hadits ini. Meninggalkan apa yang tidak perlu.

Diterbitkan oleh Ustadz Yachya Yusliha

Hidup harus lebih baik

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai